Minggu, 17 Oktober 2010

Sejarah Retorika Era Komuniksi

Ketika ilmu komunikasi berangkat dari sekian banyak disiplin ilmu pengetahuan
maka tidak mengherankan bahwa ilmu komunikasi dipahami sebagai ilmu yang
multiperspektif. Bidang multiperspektif dalam ilmu komunikasi disebabkan bahwa
gejala komunikasi merupakan fenomena pokok dalam kehidupan manusia. Dapat
dikatakan bahwa manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Ketika manusia niscaya
berkomunikasi, sementara kehidupan manusia berada dalam konteks-konteks yang
beragam maka komunikasi itu sendiri bersifat kontekstual dan unik (Bradac-Bowers,
1982).Sejarah komunikasi sendiri sudah berkembang jauh sebelum ilmu tentang
komunikasi itu sendiri berkembang.Sejarah retorika Aristoteles memperlihatkan
bahwa tindakan komunikasi sudah berkembang pada era Yunani-Romawi. Ketika
komunikasi berada di dalam khasanah ilmu pengetahuan, maka ilmu komunikasi
yang dikenal sampai sekarang adalah disiplin ilmu yang berumur relatif lebih muda
jika dibandingkan dengan sosiologi, biologi, astronomi, fisika bahkan filsafat.

Dalam sejarah perkembangan ilmu komunikasi, kajian ilmu komunikasi berakar dari
ilmu politik (Dahlan, 1990:6). Schramm sendiri mengindikasikan Harold Lasswell
sebagai salah satu Perintis Komunikasi modern, adalah juga ahli ilmu politik.
Komunikasi waktu itu lebih banyak menelaah masalah propaganda dan opini publik.
Dalam perkembangan selanjutnya komunikasi mulai dilihat sebagai ilmu ketika
sosiologi (dimulai oleh P. Lazarsfeld) dan psychologi social (yang dirintis oleh Carl
Hovland) memberikan kontribusi terhadap telaah fenomena komunikasi massa
waktu itu. Rintisan sosiologi dan psikologi sosial memberikan kontribusi soal
perspektif masyarakat yang mendapatkan pengaruh media massa.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa dalam perkembangan ilmu komunikasi
maka terdapat tiga bidang ilmu yang memberikan kontribusi konkret terhadap
perkembangan ilmu komunikasi. Ilmu-ilmu tersebut adalah ilmu politik, ilmu sosial
dalam hal ini adalah sosiologi, dan psikologi. Ilmu politik memberikan ruang
pertama pada pembahasan propaganda politik berikut pengaruhnya kepada
masyarakat. Sosiologi memberikan tempat di mana komunikasi tidak bisa
melepaskan diri dari masalah interaksi antar manusia. Psikologi memberikan kajian
pelengkap mengenai masalah komunikasi yang berkaitan dengan perilaku
psikologis seorang manusia (individu) maupun tindakan masyarakat.

Meski demikian bantuan atau kontribusi ilmu selain yang di atas juga tidak bisa
dipungkiri seperti ilmu matematika (yang persis juga dipakai oleh Shannon dalam
menjelaskan persoalan mendasar komunikasi), linguistik (yang turut membantu
komunikasi dalam mempelajari karakteristik pesan dalam sebuah bahasa), biologi
(yang turut membantuk komunikasi yang dipahami sebagai sebuah sistem jaringan
yang saling terhubung satu sama lain). Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa
memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa komunikasi harus dipahami sebagai
disiplin ilmu yang interdisipliner. Jalinan erat antara komunikasi dengan bidang ilmu
di luar komunikasi memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan disiplin ilmu
yang masih berkembang, seturut dengan manusia yang mempunyai
kecenderungan berkembang pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar